suatu ketika pernah saya mengalami kondisi yang sangat pelik, terjebak dalam sebuah masalah yang hampir tidak ada jawaban logis sesuai ukuran logika manusia.
Sebuah kondisi di mana sebagai manusia biasa saya tak mampu lagi berpikir tentang jalan keluar dari masalah itu...
Saya seorang (anggaplah) "kepala cabang" di sebuah perusahaan swasta, orientasi pekerjaan saya adalah pencapaian target penjualan dan lancarnya kegiatan operasional.
beberapa bulan terakhir perusahaan boleh dibilang takjub dengan pencapaian dan kinerja saya dan tim saya..., di mana target yang ditentukan oleh perusahaan selalu terlampaui tidak hanya 100% namun lebih dari itu.
Ucapan selamat dan kagum dari management dan rekan kerja tak henti-hentinya mengalir mengiringi datangnya bulan berikutnya...,
Hingga suatu ketika Perusahaan membebankan kepada saya dan tim saya untuk mendapatkan alokasi barang yang dalam bahasa kami diistilahkan dengan sebutan "barang pahit", yang artimya tidak mudah untuk menjual produk ini. Jumlahnya tak sedikit, dan hampir separuh dari alokasi barang yang lain....
Tentunya ini tantangan, atas predikat di bulan-bulan sebelumnya yang selalu sukses menutup bulan dengan pencapaian target lebih dari 100%.
Datanglah seorang teman (Sebut saja namanya "Mr. Roy), dari divisi lain (masih dalam satu perusahaan), yang berniat membantu memasarkan "barang pahit" tersebut, namun dengan cara dan proses di bawah tangan (sedikit menyimpang dari SOP) yaitu barang di bawa dulu dan uang menyusul kemudian setelah laku.
Mengingat pahitnya barang itu, saya selaku penanggung jawab operasional akhirnya mengiyakan proses itu..., menjualnya melalui teman yang bersedia membantu tersebut.
Satu kali, dua kali, tiga kali...
lancar tiada halangan, penjualan terbayar setelah barang laku.
Hingga pada penjualan ke empat..., saya jatuh sakit..., terpaksa harus opname di rumah sakit, kurang lebih 1 minggu. Barulah di hari ke delapan setelah saya opname saya kembali beraktifitas.
Pagi itu saya bertemu dengan kawan saya yang membantu penjualan saya itu...
dia menyapa dan menanyakan kondisi saya apakah sudah sehat seperti sedia kala, dan saya pun menjawab : saya sudah sehat.
Sayapun menanyakan mengenai pembayaran penjualan barang yang ke empat...,
teman saya menjawab : nanti sore ambil uang penjualan di rumahnya.
Mengingat sudah satu minggu saya tidak incharge menjalankan tugas, tentunya hari itu saya disibukkan dengan kesibukan yang luar biasa padat atas pekerjaan yang menumpuk di hari sebelumnya. Hingga saya lupa kalau sore itu saya ada janji dengan teman saya itu untuk ambil uang.
Saya pun menangguhkannya besok saja ketemu dengan teman saya itu.
Senja hari menjelang malam saya pulang ke rumah tinggal saya (saya kost dekat kantor),
masih dengan rasa lelah atas kesibukan hari itu, tiba-tiba saya mendapat telpon dari teman saya yang lain...,
dia menyampaikan khabar kepada saya, sebuah khabar yang sungguh mengejutkan dan membuat saya lemas dan shock.
Khabar itu menyampaikan bahwa teman saya Mr. Roy baru saja meninggal dunia di rumahnya karena serangan sesak nafas.
Betapa saya terkejut bukan kepalang, bukan hanya karena khabar meninggalnya Mr. Roy, tetapi saya ingat betul bahwa Mr. Roy masih mempunya tanggungan hutang kepada saya untuk penjualan "barang pahit" satu minggu yang lalu, jumlahnya cukup besar (waktu itu sekitar Rp. 33 Juta),
Lebih shock lagi saya, ketika saya juga mengetahui bahwa Mr. Roy di kota ini hanya tinggal sendiri tanpa sanak keluarga, hanya ditemani anak semata wayangnya yang masih berumur sekitar 10 tahun.
Singkat cerita, setelah almarhun dikebumikan,
saya tak tahu harus kepada siapa meminta pertanggung jawaban atas pembayaran "barang pahit" saya...,
Yang ada hanyalah tuntutan dari kantor tempat saya bekerja, untuk segera melunasi pembayaran, dan sayalah yang dianggap bertanggung jawab (karena sayalah penanggung jawabnya). Dengan tegas management manyatakan : "tidak mau tahu".
Saya hanya diberi waktu toleransi 3 hari, hari itu harinya Selasa waktu pihak management kantor menyampaikan keharusan saya melunasi faktur penjualan, dan saya harus menyelesaikan pada hari Jum'at.
Bila tidak maka akan berlaku proses pelaporan perdata kepada pihak yang berwajib.
Luar biasa..., sebuah keadaan yang untuk ukuran saya adalah sesuatu yang di luar kemampuan saya...
Sayapun mencoba meminta pertolongan kepada saudara dan sanak famili serta teman-teman dekat untuk bisa memberikan pinjaman uang kepada saya....
hasilnya sperti yang sudah diduga... nihil... dari kakak saya membantu sekitar 3,5 juta, sisanya saya kumpulkan barang dan property saya untuk saya jual..., praktis semua terkumpul dan masih kurang sebesar Rp 20 juta.
kemana lagi kah saya harus meminta pertolongan...,
Hingga akhirnya saya berkeluh kesah kepada seorang kawan, kawan ini adalah teman sekelas saya waktu SMA dulu, Sigit dan Teguh namanya.
dari kedua teman saya memang tidak memberi saya uang..., namun saya mendapatkan pencerahan yang sungguh berarti pada keadaan ini.
Teman saya Munadi Teguh Santosa bilang ke saya, "Bila kamu ingin mendapatkan kebahagiaan yang besar, maka kamupun harus melewati kesengsaraan yang besar pula, dan bila kamu mampu melewatinya maka kebahagiaan dan kemulyaan yang besar itu sesuatu yang pasti"
Sementara Sigit membekali saya dengan do'a nya Nabi Yunus ketika terperangkap dalam perut Ikan Paus, teman saya berpesan, bacalah do'a ini sebanyak-banyaknya setelah Sholat, dan setiap engkau terjaga....niscaya Allah akan memberimu jalan keluar atas masalah yang engkau hadapi, dari jalan yang tidak pernah terpikirkan oleh logika manusia.
pembaca yang budiman...,
saya yakin ini bukan kebetulan, atas apa yang terjadi kemudian...
di hari Rabu nya saya ketemu dengan seseorang yang mengaku sebagai kakak dari salah satu staff saya,
dia mengaku berempati atas musibah yang menimpa saya, dan tanpa basa-basi, dia menawarkan bantuan tanpa jaminan, dia berikan uang kepada saya sejumlah Rp. 20 juta, sama persis dengan jumlah uang yang saya butuhkan untuk memenuhi kewajiban saya kepada kantor tempat saya bekerja...
Entah angin apa, kakak dari staff saya yang saat ini berlaku sebagai "dewa penolong" saya tanpa ragu-ragu menyerahkan uang itu kepada saya dan tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk bertanya atau sekedar meminta penjelasan tentang alasan apa kok tiba-tiba membantu saya.
Yang saya ingat waktu itu, "dewa penolong" saya hanya berkata, pakai saja uang itu..., tidak usah dipikirkan cara mengembalikannya..., biar nanti Tuhan yang membayarnya...
Allahu Akbar...
tidak ada lagi keraguanku atas kebesaran Mu ya Allah, tidak ada yang tidak mungkin bila Engkau menghendaki ya Allah, dan bagi Mu semua adalah mudah...
Demikianlah Teman pembaca...,
do'a Nabi Yunus yang ditularkan melalui sms oleh kawan saya Sigit Widiyanto
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنتَ ، سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Laa ilaaha illa anta. Subhaanaka, innii kuntu minaz zhaalimiin
“Tiada Tuhan melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci
Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku
adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri”.(QS Al-Anbiya’ : 87).
dan disambung dengan do'anya Nabi Adam
Robbana dholamna anfusana wailam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khoosirin,
Duhai
Allah, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
berkenan mengampuni kami dan tidak mengasihani kami, niscaya kami
menjadi orang-orang yang sengsara
Pada akhirnya, keyakinan kembali kepada diri kita masing-masing.
tanpa bermaksud lain selain berbagi pengalaman...
Semoga bermanfaat.
Mohon maaf bila ada kekurangan.
Dedicated to :
My Best Friend
- Sigit Widiyanto
- Munadi Teguh Santosa.
Artikel Terkait
0 komentar:
Posting Komentar